Courtesy: Kompas
For a long time, Sudan faces conflict in Darfur. The conflict was pushed by dissension between the ethnic Arabs and Africans, religious conflict as well as struggle for natural resources such as oil and gas.
This conflict led to the death of many and forced the rest to take refuge elsewhere. As a result, Sudan is excommunicated by the international community.
——
Courtesy: Kompas
Topik ini menjadi pembicaraan hangat di Kaskus kemarin. Kata seorang anggota, orang Jakarta tidak memiliki banyak libur. Sementara segmen Pojok di harian Kompas hari ini menyindir bahwa gaji dan pendapatan memiliki makna yang berbeda. Gaji di Jakarta hanya seperlimabelas gaji di Zurich, Swiss.
Yang digunakan sebagai tolok ukur dalam survei kali ini adalah makanan ‘Big Mac’ McDonald’s dan iPod Nano. Data kali ini pun masih menggunakan gaji kotor mengingat pajak penghasilan tiap-tiap negara berbeda. Mungkin kita juga harus mengadakan survei untuk perbandingan gaji antarwilayah di Indonesia.
——
Courtesy: Kompas
Saya enggan berkomentar banyak karena yang terpenting adalah realisasinya, bukan janjinya.
——
Courtesy: Media Indonesia
Bulan Ramadhan sudah tiba. Saya ucapkan selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankannya. Semoga tidak hanya satu bulan berbaik hati tapi setahun penuh. Di akhir bulan puasa, banyak dari kita akan mudik ke kampung halaman.
Patuhi aturan-aturan berkendara yang baik dan aman. Bagi yang menggunakan angkutan lainnya seperti kereta api, pesawat, dan bus, pesan tiket jauh-jauh hari sebelum harga semakin naik. Kiat-kiat mudik sudah terangkum pada diagram di atas yang dicetak oleh harian Media Indonesia.
Sekali lagi, selamat berpuasa dan selamat mudik.
——
Courtesy: Kompas (klik pada gambar untuk memperbesar)
Berita ini cukup membuat saya kaget. Saya memang sudah tidak menuntut ilmu di Indonesia empat tahun belakangan tapi ada kemungkinan saya akan mengambil Ujian Kejar Paket B atau Paket C dalam beberapa tahun ke depan atau bahkan akhir tahun ini.
Apakah sesusah itukah Bahasa Indonesia? Pada ujian Bahasa Indonesia ketika saya masih berada di bangku SD, saya berhasil mendapat nilai 8,8. Bagi saya, Bahasa Indonesia adalah bahasa yang penting mengingat inilah bahasa yang dapat menyambung lidah 235 juta orang dari latar belakang suku, agama, budaya, dan bahasa yang berbeda.
Pantas saja di Singapura, pelajar Indonesia yang mengambil Bahasa Melayu mendapat peringkat yang bagus ketika menduduki ujian Bahasa Melayu berbanding mengambil ujian Bahasa Indonesia. Kalau saya, justru kebalikannya. Karena inilah bahasa yang sudah saya pelajari sejak kecil. Sejak kecil (era 1990an), hampir setiap malam saya menonton siaran berita yang ditayangkan bersamaan di semua stasiun televisi. Saya juga diperkenalkan dengan program Dunia Dalam Berita.
Di dunia maya ketika berada di luar negeri, saya membaca minimal tiga koran Indonesia dalam format e-paper. Hampir setiap kahir pekan, saya mengunjungi situs web Okezone.com dan Metro TV untuk menonton video berita mereka. Jujur saja, bukan menyombongkan diri, saya juga bisa menunjukkan kesalahan bahasa yang digunakan oleh media elektronik kita dalam penggunaan tata bahasa mulai dari kesalahan kata hingga tanda titik dan koma.
Kalau banyak pelajar mendapat nilai kurang memuaskan, apa bahasa yang mereka pakai selama ini? Ataukah kita yang sering lupa batas antara bahasa baku dan bahasa tidak baku?
——
Courtesy: Kompas
Ini lagi. Ada banyak hal yang membuat saya muak menonton televisi Indonesia. Pertama, jam karet. Banyak stasiun televisi memiliki jadwal tayang ngalor ngidul. Janjinya sebuah acara tayang pukul 17.00 akhirnya tayang pukul 17.10 misalnya. Itu pun tanpa permintaan maaf dan hanya ditayangkan dalam ticker atau teks berjalan saja. Jumlah iklan dan jam tayang suatu acara juga sangat tidak proporsional.
Kedua, sinetron dan infotainmen. Infotainmen hanyalah sarana sensasionalisme dan pembunuhan karakter. Isinya hanyalah berita sampah atau junk news. Presenter selalu memanaskan masalah kepada para pemirsa dan tampak agresif dalam membacakan “berita” mereka. Inikah hasil karya jurnalisme terbaik yang bisa dihasilkan oleh wartawan kita? Tahukah anda bahwa wartawan infotainmen adalah salah satu pekerjaan yang paling dibenci calon mertua berdasarkan majalah Jakarta Java Kini? Sinetron juga tidak jauh berbeda. Alur ceritanya nggak karuan.
Contohnya sinetron Cinta dan Anugerah. Bagaimana mungkin Nabila yang meninggalkan rumah Reza berjalan kaki keesokan harinya bisa menyetir mobil padahal mobil itu adalah hadiah dari Reza?
Mungkin stasiun televisi berbobot seperti TVRI harus menayangkan program yang tujuannya menyerang sinetron-sinetron dan program jurnalisme sensasionalis. Seperti apa yang dilakukan Australian Broadcasting Corporation dengan acara Media Watch dan Chaser’s War On Everything.
——
Courtesy: Kompas
Jujur saja, siapa yang tidak pernah berkhianat? Saya sendiri pernah. Berkhianat sah-sah saja asalkan demi kebaikan semua daripada demi kepentingan pribadi. Tentu saja pengkhianatan dalam konteks ini berbeda dengan pengkhianatan yang terjadi di kantor-kantor. Kalau itu namanya penjilat, bukan pengkhianat.
——
Courtesy: Kompas
Satu hal lagi yang patut dibanggakan Indonesia. Warisan budaya ini harus kita gunakan sebaik-baiknya seperti dalam promosi pariwisata dan pengenalan budaya kepada generasi muda. Jangan dibiarkan pengakuan ini hanya menjadi sekadar berita dan pajangan.
——
Courtesy: Koran Tempo
Bus gandeng sudah menjadi pemandangan biasa di kota-kota utama dunia seperti New York, London, dan Sydney namun masih menjadi barang baru di ibu kota Jakarta. Sudah saatnya peremajaan alat transportasi dilaksanakan mengingat banyak kendaraan umum di Indonesia sudah tidak layak pakai dan tidak ramah lingkungan.
Menurut saya, bus gandeng lebih layak digunakan di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya. Dulu ada juga namanya bus bertingkat di Jakarta pada dekade 1980an. Setelah itu menghilang entah ke mana. Padahal bus bertingkat masih digunakan di London dan Singapura.
——
Courtesy: Kompas
“Pak, Jakarta adalah kota terbaik di Asia untuk belajar sabar!“