Menikahi diri sendiri? Bisakah?

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya. Oleh karena itu, blog ini akan membawa anda kembali ke tanggal 8 Desember 2009. Bisa dihitung sejarah?

Media Watch - Anang

Salah satu program informasi dunia hiburan (saya enggan menggunakan istilah ‘infotainment’ atau ‘infotainmen’) yang kini sudah tidak tayang lagi menceritakan gonjang-ganjing kehidupan paska-perceraian mantan pasangan selebritis yang terkenal.

Mungkin dari gambar di atas anda tahu pasangan yang mana. Yang ‘wedok(é)’ dikabarkan berhubungan dengan pengusaha negeri jiran. Jiran tidak berarti Malaysia kan? Sementara dari si ‘lanang’ juga digosipkan (sudah) mendekati dua dara yang telah naik daun di panggung musik Indonesia.

Sekilas tidak ada yang salah dari tampilan di layar televisi. Ah, stasiun televisi swasta tertua di negeri kita lupa sesuatu. Lupa apa? Lupa memeriksa kebenaran informasi dengan siapa si ‘lanang’ pernah menikah.

Jadi tim peliputan informasi mendapat tahu bahwa si pria pernah menikahi dirinya sendiri. Er, saya tahu ada grup-grup di luar negeri sana yang menginginkan pernikahan sesama jenis. Tapi pernikahan dengan diri sendiri? Mana itu kelompok-kelompok religius sayap kanan? Apa kata mereka?

Perihal apakah acara informasi dunia hiburan ini sensasional atau tabloid seperti Today Tonight dan A Current Affair di Australia itu lain cerita. Mau membahas ini boleh. Tapi saya lebih senang membahas betapa ambruknya kualitas pertelevisian kita setelah hilangnya Harmoko (tidak termasuk program propaganda jam 8 malam WITA dulu). 😀

N.B.: Pemerintah harus memberikan kuota MINIMAL acara asing di televisi kita! Musnahkan dominasi televisi berbayar! Introduce anti-siphoning list! Oops, sepertinya saya sudah terlalu lama berada di negeri kangguru. 😀

Pelajaran Selama Enam Dekade Lebih

Selama lebih dari enam dekade, sebetulnya apa yang telah kita pelajari?
Arti kemerdekaan yang sebenarnya?
Ataukah hanya membiarkan waktu berlalu begitu saja?

Setiap harinya kita diharap merenung
Merenung apa yang telah terjadi selama ini
Tetapi
Apakah orang yang menyarankan kita turut merenungkan apa yang telah terjadi?
Yang pasti, mereka hanya mengumbar pesan kosong tanpa makna
Berharap dianggap sebagai laskar penyadar

Banyak hal terjadi selama enam dekade lebih
Serangan dari udara yang menggugurkan ‘arek-arek’
Perang monyet ‘Ciungwanara’
Kudeta merangkak penuh darah dan intrik
Mencoba berlari dari Malari

Pembungkaman mahasiswa
Pemilu tidak adil
Mahasiswa Power menyaingi People Powernya sepupu kita
Runtuhnya antek dan kerajaan dalam republik
Ledakan demi ledakan
Bencana alam yang beruntun

Itu hanya sebagian dari rekam jejak perjalanan kita, 235 juta dari kita
Ada yang terlibat langsung, ada yang tidak
Ada yang dicuci otaknya, ada yang baru sadar
Kita selalu berbesar hati dan berkata nasi sudah jadi bubur

Apakah itu berarti akhir dari perjalanan?
Biar dikata dunia kiamat tiga tahun lagi, siapa peduli?

Kita sudah lupa perjuangan para pejuang menggusur
Yang teringat hanyalah perayaan dan hadiah
Mungkin itulah yang disebut tradisi
Namun jangan lupakan tunas kita
Yang telah menanam dan memetik kita
Para penerus bangsa

Pesanku ini hanya untukmu di hari ini
Sebelum aku lupa
Karena mataku sudah byarpet

Dirgahayu Indonesiaku

Highlights 07/08/2009

Inovasi - Meraup Listrik dari Pasang-Surut Laut
Courtesy: Kompas (please click to zoom in)

Moon gravity causes wave tides . The continuous phenomenon produces sea currents. Now, the phenomenon is used to propel turbine that generates electricity by a group of students from Bandung Institute of Technology (ITB), incorporated on T-Files team.

According to the Ministry of Energy and Natural Resources, the renewable energy potential from the wave tide phenomenon could generate electricity up to 240,000 megawatt. However, the discharged installation has not generated much electricity yet.

ITB T-Files team leader, Nurana Indah Paramita, said the key to the turbine development is on the utilisation of the turbine’s flipper aerodynamics. The turbine’s condition should also be prepared to handle strong currents.

————

Kliping MI - Peringatan ke-64 Bom Atom di Hiroshima
Courtesy: Media Indonesia (please click to zoom in)

Atomic bombs were used to end the Pacific War and to begin the Cold War

Enola Gay
B-29 Superfortress is categorised as no 97 bomber that was commandeered by Col Paul Tibbets

Little Boy
Uranium bomb equal to 13 kilotonnes of TNT

Hiroshima Bombing Chronology
1945

April 27 – Four possible Japanese cities targets: Kyoto, Hiroshima, Koikura and Niigata
Since Kyoto has historical values, the target was diverted to Nagasaki

June 14 – Franck Committee reported: The bomb should be used to warn Japan before attacking civilians
Robert Oppenheimer, Manhattan Project director, declined the report and argued, “We see there is no other alternatives for the military.”

July 7 – US President Harry Truman left Postdam Conference then met British PM Winston Churchill, Soviet leader Joseph Stalin to discuss post-war Europe and ending the Pacific War

July 16 – First atomic bomb tryout in New Mexico, USA

July 21 – Truman agreed the usage of atomic bomb in Japan

July 26 – Postdam Declaration called on Japan to declare ‘surrender without conditions’ or face ‘immediate destruction’

July 28 – Japan declined the Postdam Declaration

August 6 – ‘Little Boy’ exploded in Hiroshima

——

Deep condolences to the victim of the atomic bombings in Hiroshima and Nagasaki. One of the cities pushed the world to stop using nuclear weapons by 2020.

————

Kliping Republika - Ancaman Bagi Afghanistan
Courtesy: Republika; the map is as of April 23, 2009

Threat to Afghanistan

Almost half of Afghanistan has a high chance of being attacked by the Talibans and other separatist groups. An Afghanistan govt secret map that was obtained by Reuters showed that 136 of 356 districts in Afghanistan are high-risk areas. Afghanistan govt said the areas are under the enemy’s control.

————

Kliping Republika - Kapal Selam Rusia
Courtesy: Republika

Russian Submarines

Two Russian nuclear-powered attacker ships patronised off US eastern coast. The mission is the first in a decade.

Akula Submarine
Class: 971 (nuclear-powered)
Weight: 5700 – 7900 tonnes
Speed: 20 – 35 knot
Crew: 62
Artillery: rudals, torpedoes

Akula is NATO’s code for Nerpa submarines which began operation since mid 1980s.

——

Hope it’s not the beginning of World War III

————

Kliping Republika - Lawatan Hillary ke Afrika
Courtesy: Republika

US Foreign Minister Hillary Clinton began her seven African nations visit on Tuesday (04/08). Among her missions, eradication of corruptions and increasing trades in the middle of China’s rising influence there.

Aug 04 – Kenya
Aug 06 – South Africa
Aug 09 – Angola; Democratic Republic of Congo
Aug 10 – Nigeria
Aug 12 – Liberia
Aug 13 – Cape Verde

————

Kliping MI - Infrastruktur Indonesia
Courtesy: Media Indonesia

Indonesia’s Infrastructure

Bad Infrastructures in Regional Territories
Public lamps – 38%
Pipe water – 34%
Districts roads – 33%
Electricity – 28%
Telecommunication networks – 19%

Budget Allocated for Infrastructures (in billion rupiahs)
2005 – 25.2
2006 – 33.3
2007 – 43
2008 – 54.6
2009 – 68.6

Infrastructure Ranks in Southeast Asia
1. Singapore (5th world position; the mark is 5.53)
2. Malaysia (21st world position; the mark is 5.04)
3. Thailand (34th world position; the mark is 4.60)
4. Indonesia (55th world position; the mark is 4.25)
5. Vietnam (70th world position; the mark is 4.10)
6. Philippines (71st world position; the mark is 4.09)
7. Cambodia (109th world position; the mark is 3.53)
8. Timor Leste (129th world position; the mark is 3.15)

No data available for Brunei, Laos and Myanmar

————

Target MDGs Tahun 2015
Courtesy: Kompas

Semoga dapat tercapai sebelum tahun 2015 (kurang dari enam tahun dari sekarang)

————

Perkembangan Penduduk Indonesia
Courtesy: Kompas

Kita dapat melihat bahwa sebelum era revolusi industri pada akhir abad ke-18, pertumbuhan penduduk Indonesia sangat perlahan yakni 4 juta per 100 tahun. Dari abad 19 menuju abad 20, dapat kita lihat bahwa penduduk Indonesia tumbuh lebih dari 100 persen. Pada zaman penjajahan Belanda, sensus yang dilakukan pemerintahan kolonial pada tahun 1930an menunjukkan bahwa penduduk Indonesia mencapai sekitar 60 juta. Dan ketika sensus pertama semenjak Indonesia merdeka, yakni pada tahun 1971, menunjukkan bahwa penduduk Indonesia sudah berada di atas 100 juta.

Untung saja, suksesnya program ‘Keluarga Berencana’ (KB) dapat mencegah lahirnya 80 juta orang di awal abad 21. Kalau tidak, bisa kita bayangkan bencana kelaparan dan kelangkaan pangan di berbagai daerah. Hingga tahun 2009, 100 juta kelahiran dapat dicegah. Seterusnya, diharapkan program ‘Keluarga Berencana’ dapat diteruskan agar penduduk Indonesia tidak dengan cepat membludak.

————

Permohonan Maaf Garuda Indonesia
Iklan Garuda Indonesia di salah satu media cetak (Republika)

Ada apa sebetulnya dan bagaimana duduk perkara masalah ini? Berapa banyak penumpang terlantar? Sebuah itikad baik dari Garuda Indonesia dan semoga masalah ini dapat terselesaikan dengan cara kekeluargaan. Baik operator maupun penumpang harus bekerjasama dan jangan memperumit atau memperbesar masalahnya.

————

Surat Pembaca - Tarif Gelap di BPN
Courtesy: Kompas

Domisili Indonesia saya adalah Denpasar, Bali dan bagi kalangan notaris di Denpasar sudah menjadi rahasia umum bahwa praktik sogok-menyogok terjadi di kantor BPN Denpasar. Salah seorang notaris Denpasar, namanya tidak akan saya sebutkan, pernah mengeluh kepada saya bahwa sekalipun KPK sudah menggencarkan operasi pemberantasan korupsi, ‘tikus-tikus’ masih saja bergentayangan di BPN.

Notaris itu bahkan kesal jika terpaksa menyogok petugas di sana. Bukan karena uang tapi karena mentalitas petugas BPN yang benar-benar tidak punya muka.

Jika tidak ada aral melintang, sekitar 11 hingga 13 tahun dari sekarang saya akan menjadi notaris yang berdomisili di Denpasar. Saya harap masalah sogok-menyogok di BPN dapat dientaskan. Akankah budaya suap anda turunkan kepada generasi berikutnya? Lalu untuk apa ada pelajaran anti-korupsi di sekolah-sekolah?

Pantas saja ada berbagai upaya untuk melemahkan KPK.

————

Indonesia - Indah dan Menakjubkan
Iklan promosi pariwisata Indonesia di media cetak (Media Indonesia)

Menurut saya, iklan ini cukup menarik. Pertama, daerah yang dipromosikan adalah daerah terpencil yang cukup terkenal. Gambar yang dipilih pun cukup menggoda dengan sedikit fasilitas, menunjukkan ‘kepolosan’ kawasan Raja Ampat.

Kedua, pengetahuan geografi dan biota laut turut diperkenalkan dengan kata-kata yang mudah dimengerti.

Menurut saya, masih ada banyak daerah tujuan lainnya yang bisa dipromosikan seperti Danau Kelimutu (yang sempat digunakan sebagai desain pada pecahan mata uang 5000 rupiah), desa-desa wisata, kota-kota tua seperti Probolinggo yang dapat digunakan untuk menarik wisatawan mancanegara.

Setidaknya, ini adalah langkah awal menuju arah yang lebih baik bagi Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.

Enchanting Indonesia 3 2009 – Part 3

This is not really the last part of this report. There are miscellaneous report on Enchanting Indonesia which will come next time.

——

Photograph2008
More from Solo Batik Carnival

Photograph2009
Helmi Yahya and Sandra Angelia

Photograph2010
Sorry for the blur image

Photograph2011
Mr Wardana in between

Photograph2013

Photograph2015
Sandra took photos with visitors

Photograph2017
Now taking photos with fellow Indonesians

Photograph2018
‘Kuda Lumping’ or also known as ‘Jaran Kepang’

Photograph2019
This is performance marks the end of the event for the first day

Photograph2020
Another one comes out

Photograph2021

Photograph2022
Now what comes out?

Photograph2023
Definitely from East Java, but I wish the ‘kuda lumping’ dance would do some stunt shows like what their counterparts did. Eating glasses, bottles, light bulbs, nails.

Photograph2024
‘Reog’ dance from Ponorogo, East Java. Not ‘reot’.

——

Miscellaneous report coming up soon. I hope you enjoy my report on this event.

——

Compilation of my report on the event can be found below:
Enchanting Indonesia 3 2009 – Part 1
Enchanting Indonesia 3 2009 – Part 2
Enchanting Indonesia 3 2009 – Part 3

Enchanting Indonesia 3 2009 – Part 2

The second part of the exhibition. I do hope you enjoy it.

——

Photograph1983
I was the only one taking the photo, exclusive photo you can say for this blog. She is the winner of the Solo Batik Carnival.

Photograph1985
The dance on stage was from North Sumatra

Photograph1986

Photograph1987
Photographers hunting for good angles and moments, thanks to all of them that you can find more photos from the event on Flickr. They were using DSLRs while I was using my long-serving mobile phone, it’s actually only two years.

Photograph1988
On the backstage, performers were preparing. Messy but thanks to Indonesian students participating, the event went smoothly despite the bombing in Jakarta.

Photograph1989

Photograph1991
Helmi Yahya and Sandra Angelia, Miss Indonesia 2008 were on stage. The event organisers gave out five tour packages to Indonesia that night. The person who got the trip to Bali will stay in Ungasan whereas the winner for the trip to Yogyakarta will stay in a hotel called ‘Manohara’. All the Indonesian students including me were laughing after we heard the name of the hotel.

Photograph1992

Photograph1994
Other contestants participating in the Solo Batik Carnival. It’s been seven years since I visited Solo and it was only as a transit stop for my trip that time from Surabaya to Yogyakarta by car.

Photograph1995

Photograph1996
Another dance, must be from Java. Either West, Central, East or Yogya. Please correct me if I’m wrong.

Photograph1997

Photograph1999
How enthusiastic is that small little girl in seeing the Indonesian dances?

Photograph2001
The hosts that night, the woman is Miss Indonesia Favourite 2008 from North Sumatra. No idea about the guy.

Photograph2002
Helmi Yahya (in black) seated next to ‘Ibu Dubes’ Mrs If.

Photograph2003
From Solo Batik Carnival, my mobile phone camera is nothing compared to the DSLR the photographer next to me used.

Photograph2004
Isn’t it hard to walk in those costumes?

Photograph2005
In the bottom, right hand side, ‘Pak Dubes’ Mr Wardana and ‘Ibu Dubes’ Mrs If with the participants from Solo Batik Carnival.

Photograph2006

Photograph2007
The crowds trying to take shots of the Solo Batik Carnival participants.

——

That’s the second part of my report on Enchanting Indonesia. More is coming. For now, good day.