Kompas, 28 Agustus 2009
Kompas, 29 Agustus 2009
Nah, salah siapa sekarang kalau budaya kita “diambil” negara lain? Saya menggunakan tanda kutip pada kata ‘diambil’ karena keabsahan pengambilan itu masih diragukan. Untuk apa kita berkoar-koar, marah-marah, saling ledek-meledek di forum-forum dunia maya kalau diatanya masalah seperti ini selalu bersilat lidah, berkilah, dan lain-lain.
Memang, definisi nasionalisme itu rancu.
Di lain sisi, pemerintah sendiri juga gagal dalam menyediakan dana bagi perkembangan dunia seni budaya. Dalam lima tahun pemerintahan yang baru, saya harap ada koordinasi agar satu per satu masalah sosial di Indonesia dapat diselesaikan tanpa adanya masalah dana.
Dana sendiri bukanlah satu-satunya masalah. Gengsi masyarakat dan kebutaan sejarah.
——
Kompas, 28 Agustus 2009
Satu hal lagi, calon-calon sarjana kita bisa saja mengkandaskan impiannya atau gagal mengaplikasikan apa yang mereka pelajari karena sudah tak sesuai dengan konteks sosial saat ini. Pemerintah harus bisa memberikan jaminan kepada semua pihak agar pendidikan yang diberikan itu membangun dan sebisa mungkin dapat disesuaikan dengan kondisi sosial ekonomi sebuah institusi pendidikan.
Ini supaya institusi-institusi yang kekurangan dana atau minim fasilitas, pelajar-pelajarnya tetap mendapatkan pendidikan berkualitas. Mungkin harus ada penggabungan institusi-institusi (yang lebih kaya dan miskin) atau pun pembagian fasilitas.
——
Kompas, 28 Agustus 2009
Saya sangat mendukung program ini supaya terealisasi. Kita sebagai negara dan bangsa Indonesia harus membuktikan kepada dunia bahwa kita bukan hanya contoh demokrasi Asia tetapi juga pelopor di antara negara-negara berkembang dalam bidang lingkungan. Apa lagi ini menyangkut keberlangsungan planet yang kita tinggali ini.
——
Kompas, 28 Agustus 2009 (klik pada gambar untuk memperbesar)
——
Kompas, 28 Agustus 2009
Program transmigrasi mungkin bisa dijadikan solusi. Namun perlu dipertimbangkan pula dampak sosialnya oleh pemerintah. Tentu kita tidak ingin melihat kejadian di mana para transmigran tidak dapat hidup dengan harmonis dengan penduduk lokal di daerah transmigrasi. Masih ingat kerusuhan Sampit? Itu adalah contoh gagalnya pembauran masyarakat.
Mungkin pemerintah perlu merevisi sistem pendidikan agar pembauran masyarakat tetap terjadi dalam praktek nyata. Para transmigran ada baiknya pula diajari tata sosial masyarakat di daerah tujuan dan menindak tegas tindakan-tindakan yang dapat memancing isu-isu SARA.
——
Kompas, 29 Agustus 2009
——
Kompas, 28 Agustus 2009
Media kita kebanyakannya memang terlalu sensasionalis. Peringkat acara selalu diutamakan dengan alasan iklan (tapi di depan masyarakat, agar masyarakat lebih tahu kejadian yang terjadi). Apakah liputan itu benar-benar dibutuhkan masyarakat dan mendidik? Analisa yang diberikan pun acakadut. Mungkin Indonesia memerlukan acara seperti Media Watch, sebuah acara yang mengkritik media-media (termasuk kanal yang menayangkan acara tersebut) di Australia supaya mereka jujur dan tidak berlebihan.
——
Kontan, 28 Agustus 2009
Tobacco consumption will kill 6 million people next year due to cancer, heart problems, emphysema and other related diseases.
Masih mau merokok?
——
Kontan, 28 Agustus 2009
PT DI, kumasih menunggu proyek N2130 milikmu?
——
Kontan, 29 Agustus 2009
On the journey back home to “Pacific Rubbish Bigway”, marine scientists on Thursday (28/08) found plastics that covered the open sea. It was 2700 kilometres long.
——
Waktunya untuk karikatur
Kompas, 28 Agustus 2009
Karya: Jitet untuk Jakartaria
Mudik, Jakarta sepi tapi ternyata ada pencinta di kala Jakarta sepi. Sayang, pelitnya minta ampun. Minta dibonceng juga nggak mau.
Kompas, 29 Agustus 2009
Karya: GM Sidharta untuk Oom Pasikom
Menyindir Malaysia atau Indonesia nih? Ingat, tahan emosi. Pikr baik-baik duduk perkaranya. Pikirkan juga sejarah yang melatarbelakangi kejadian ini. Bukan sejarah 5-10 tahun terakhir tapi ingat juga zaman Majapahit, Sriwijaya.
Kontan, 29 Agustus 2009
Karya: Benny Rachmadi
Sembako naik, sudah rutinitas bagi sebagian kalangan. Pemerintah, inikah caramu setelah dikau terpilih kembali? Habis manis sepah dibuang memang.
Kontan Weekly, Minggu III Agustus 2009
Di jalan tol, aspalnya naik atau tarif tolnya yang naik atau dua-duanya? Untung di daerah saya belum ada jalan tol biar katanya salah satu pulau paling berkembang di Indonesia.
——
Sekian Berita Pilihan kali ini. Besok, akan hadir pula Geoweek. Semoga bermanfaat bagi wawasan anda.
Courtesy: Kompas, Kontan