Laporan humaniora harian Kompas kemarin membuat saya terkejut.
Courtesy: Kompas
Courtesy: Kompas
Tajuk di atas membuat saya terkejut. Jika lulusan pertanian menurun, hasil pertanian Indonesia bisa menurun karena seiring berjalannya waktu penduduk Indonesia akan terus bertambah. Saat ini pemerintah memang mampu mengatasi masalah pangan di berbagai daerah namun apa jadinya jika jumlah petani berkurang karena sedikit pelajar yang mengambil jurusan pertanian?
Impor. Hal itu yang terbenak di pikiran saya. Di saat kita harus mencintai dan menghargai produk pangan lokal, impor pangan mungkin terjadi dalam beberapa tahun ke depan akibat sedikitnya sarjana tani di negeri ini. Para petani masa depan mungkin mengeluh karena mereka sudah bekerja keras namun kalah saing oleh produk impor.
Tentu saja mungkin ada solusi lainnya seperti pertanian berteknologi tinggi atau high-technology farming yang sudah diterapkan di beberapa negara seperti Singapura dan Israel. Tentu saja, sistem tani seperti itu juga turut menimbulkan efek samping lainnya. Dalam pelajaran biologi, kita mengenal apa yang disebut rantai makanan. Sistem tani berteknologi tinggi dikerjakan kebanyakannya dikerjakan di dalam sebuah bangunan bertingkat. Otomatis, hama tidak dapat menyerang hasil cocok tanam tersebut.
Sayangnya, ketidakmampuan hama untuk menyerang produk tani itu dapat menimbulkan masalah ekologi lain. Rantai makanan putus. Putusnya rantai makanan dapat menyebabkan kepunahan makhluk hidup yang menggantungkan hidupnya melalui siklus tersebut. Akankah kita akan membiarkan semakin banyak makhluk hidup punah karena kita merusak rantai makanan mereka?
Ironis memang. Kita sering mengklaim bahwa kita negara agraris. Petani masih hidup susah dan berbagai berita telah membuat kita bertanya-tanya apakah Indonesia ini memang negara agraris. Harian Straits Times Singapura beberapa tahun silam sempat mengeluarkan laporan bahwa Indonesia adalah produsen beras terbesar ketiga di Asia di bawah China dan India. Mungkin kita boleh bangga tapi pada tahun itu seingat saya Indonesia belum swasembada beras seperti sekarang dan itu pun sejauh ini baru klaim pemerintah saja.
Masalahnya di masa mendatang bukan hanya beras. Sayur-mayur, umbi, kacang, dan buah-buahan juga tidak jelas. Walaupun kita mampu swasembada beras di masa mendatang, apakah kita hanya akan makan nasi tanpa sayur? Makan cemilan bukan kacang, anak-anak Indonesia tidak dapat cukup vitamin karena buah-buahan yang ada di masa mendatang adalah buah-buahan impor yang mungkin lebih mahal.
Memang tidak salah jika banyak yang memilih jurusan pendidikan. Negara kita memang kekurangan guru dan pemerintah telah memberikan insentif yang menjanjikan bagi para guru di negara ini. Semoga saja para guru atau dosen Indonesia di masa mendatang memang tertarik dan berdedikasi pada bidangnya dan bukan mengejar insentif semata.
Hal yang serupa juga seharusnya terjadi pada jurusan pertanian.
Kita tidak boleh menanggapi masalah ini secara pesimis. Saya yakin ini hanyalah masalah sementara dan pada tahun-tahun mendatang, pelajar-pelajar akan tertarik untuk memilih jurusan ini. Saya memang tidak bisa berbuat banyak karena ketika saya berada di jenjang universitas, saya akan memilih jurusan hukum (dan saya harap saya mampu).
Beberapa saran saya yang mungkin bisa pemerintah lakukan di antaranya memberikan lebih banyak insentif kepada para petani, berikan dana bagi para petani yang berinovasi dalam kerjanya. Jika petani kita berinovasi, bisa saja produksi pangan nasional meningkat dan berkembang lebih pesat. Silabus pendidikan nasional juga seharusnya menambahkan satu mata pelajaran baru yang dimasukkan di sekolah menengah yakni pendidikan pertanian. Tujuannya, untuk mengembangkan minat pelajar sejak dini terhadap dunia tani dan lebih menghargai hasil kerja keras serta banyaknya peluh yang terkuras hanya demi mengisi perut kita.
Pelajaran tersebut tidaklah harus diberikan ulangan tetapi jadikanlah sebagai sebuah pelajaran yang para pelajar bisa enjoy.
Akhir kata, tulisan saya ini mungkin banyak kekurangan di sana-sini tapi saya optimis bahwa masalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Dan bagi para pelajar yang sudah mededikasikan hidup mereka bagi dunia tani, saya ucapkan selamat bekerja keras dan terima kasih. Semoga kerja keras mereka terbayar.